Nuklir Meledak Tewaskan 60.000 Orang Gara-Gara Tombol Rusak

waktu baca 2 menit
Minggu, 27 Apr 2025 10:45 35 Redaksi

BANTEN – Dua hal penting yang tak boleh diabaikan dalam pengembangan energi nuklir adalah memastikan semua peralatan berfungsi dengan baik dan memastikan kompetensi para petugas. Jika kedua hal ini lalai, bencana besar bisa terjadi—seperti tragedi Ledakan Nuklir Chernobyl, yang terjadi tepat 69 tahun lalu, pada 26 April 1986.

Akibat keteledoran tersebut, sekitar 60.000 orang meregang nyawa, dan ratusan ribu lainnya harus meninggalkan tanah kelahiran mereka. Kawasan Chernobyl bahkan diperkirakan baru bisa dihuni kembali setelah 20.000 tahun.

Ambisi Uni Soviet yang Berujung Petaka

Situs nuklir Chernobyl adalah proyek ambisius Uni Soviet untuk membangun kekuatan nuklir terbesar di dunia. Sejak 1977, mereka berhasil membangun reaktor berkekuatan 1.000 megawatt—cukup untuk menyuplai listrik sebuah negara kecil selama bertahun-tahun.

Hingga 1986, terdapat empat reaktor besar di Chernobyl, namun beberapa masih dalam tahap uji coba, khususnya terkait sistem pendinginan. Dalam nuklir, pendinginan reaktor harus berjalan 24 jam penuh. Jika gagal, panas berlebih dapat memicu ledakan.

Kesalahan Fatal Saat Uji Coba

Dilansir The Guardian, uji coba 26 April 1986 bertujuan menguji ketahanan turbin dalam menyuplai air pendingin secara terus-menerus. Namun, tim yang bertugas kala itu dinilai tidak kompeten dan mengabaikan protokol keselamatan.

Deputi Kepala Teknisi Anatoly Stepanovich Dyatlov bersikeras melanjutkan uji coba meski kondisi tidak ideal. Sedangkan Kepala Teknisi Nicholai Fomin menutupi fakta bahwa tenaga reaktor hanya berada di angka 200 megawatt—jauh di bawah batas aman 700 megawatt.

Teknisi di lapangan sebenarnya sudah mengingatkan bahwa mereka tidak mampu melanjutkan uji coba. Namun, karena tekanan dan ancaman mutasi dari Dyatlov, mereka terpaksa meneruskannya.

Tragedi Dimulai dari Tombol Rusak

Malam itu, generator diaktifkan untuk memasok air pendingin. Namun, tenaga generator cepat menurun. Panas inti reaktor melonjak drastis. Para teknisi pun berusaha menghentikan reaksi berantai dengan menekan tombol SCRAM—tombol darurat untuk menutup reaktor.

Sayangnya, tombol tersebut tidak berfungsi akibat kurangnya perawatan. Akibatnya, suhu inti reaktor mencapai 3.000 derajat Celsius dan reaktor meledak dahsyat.

Radiasi Membunuh dalam Senyap

Saat ledakan terjadi, banyak warga masih tertidur. Mereka tidak sempat melarikan diri dan terpapar radiasi ekstrem. Bahkan alat pendeteksi radiasi pun tidak mampu mengukur betapa tingginya tingkat radiasi saat itu.

Ketika pagi tiba, debu radioaktif yang beterbangan baru disadari warga—namun sudah terlambat. Radiasi telah menyebar luas.

Menurut BBC, 90.000 orang meninggal dalam jangka panjang akibat radiasi, dan sekitar 600.000 orang lainnya terpapar. WHO mencatat, efek radiasi mencapai jarak 200.000 km hingga ke Eropa. Kawasan Chernobyl dinyatakan tidak layak huni hingga 20.000 tahun ke depan.(cnbc/er)

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Arsip

Tentang Kami

Tangerangjasa.com adalah media yang menghadirkan informasi seputar Tangerang dan sekitarnya

LAINNYA